BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Input, Proses, dan Output
PAUD
A.
Manajemen Input Anak Didik
Sekolah yang memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda
sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan
sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolanya dengan efektif. Input manajemen
yang dimaksud meliputi; tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sitematis,
program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan
main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, dan
adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar
sasaran yang telah disepakati dapat dicapai. Dapat di simpulkan bahwa Input
Pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat
lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses,
misalnya ketenagaan, kurikulum, peserta didik, biaya, organisasi, administrasi,
peranserta masyarakat, kultur sekolah dan sub komponen, regulasi, sarana dan
prasarana.
Input dalam kelembagaan
mencangkup banyak hal. Beberapa diantaranya input kurikulum, input sarana
prasarana, input anak didik, dan lain sebagainya. tetapi manajemen input yang
akan dibahas disini dibatasi pada manajemen input anak didik.
Pembahasan secara
khusus dan eksplisit tentang manajemen input dipandang penting karena manajemen
dibidang inisangat menentukan perkembangan atau majunya sebuah lembaga PAUD.
Artinya lembaga PAUD dikatakan berkembang dan maju jika mendapatkan input anak
didik yang kuota yang telah ditentukan. Dengan kata lain besar kecilnya sebuah
lembaga PAUD diukur dari seberapa besar jumlah orang tua dan masyarakat yang
mempercayakan anak-anak mereka kepada lembaga yang bersangkutan.
Memang, tolak ukur ini
ditinjau secara kuantitas atau sedikit banyaknya anak didik, bukan secara
kualitas. Tetapi kualitas di lingkungan PAUD pada dasarnya mencerminkan
kualitas lembaga PAUD tersebut. Logika sederhananya, jika memang lembaga PAUD
yang bersangkutan tidak berkualitas, hampir bisa dipastikan tidak ada orang tua
yang mempercayakan anak kandungnya pada lembaga itu. Sebaliknya jika lembaga
PAUD tersebut berkualitas sangat baik hampir dipastikan bahwa orang tua dan masyarakat orang sekitar
akan mempercayai anak kandung mereka kepada lembaga PAUD tersebut.
1.
Penerimaan Calon Anak Didik Baru
Setiap tahun semua
lembaga pendidikan tanpa terkecuali lembaga PAUD selalu mempunyai hajat besar
yakni penerimaan siswa baru atau penerimaan calon anak didik baru. Disisi lain
semua orang tua yang mempunyai anak usia dini juga sibuk mencari lembaga
pendidikan yang sesuai dengan harapannya. Dengan demikian terjadi kondisi yang
saling melengkapi antara program pendidikan dengan kebutuhan orang tua yakni
mensekolahkan anak-anak nya. Banyaknya lembaga pendidikan membuat seperti
kompetensi yang membawa dampak pada motivasi secara internal ditubuh
masing-masing lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Dalam konteks
kompetensi mendapatkan input calon anak didik yang terbaik inilah yang
diperlukan manajemen input yan efektif dan efesien. Tanpa adanya pola manajemen
input yang baik, maka lembaga PAUD akan kesulitan memenuhi kuota minimal jumlah
anak didik yang dicanangkan bahkan akan memenuhi kendala besar dalam
mengoptimalkan tumbuh kembang anak didik.
Secara sederhana, manajemen input anak
didik PAUD meliputi tiga hal yakni:
a.
Pendaftaran
Setiap calon anak didik yang masuk
kelembga pendidikan pasti melewati proses yang disebut dengan pendaftaran.
Dalam pendaftaran inilah identitas calon anak didik dapat diketahui dengan
jelas. Selanjutnya identitas diri tersebut akan menjadi pertimbangan diterima
atau tidaknya calon anak didik yang brsangkutan. Biasanya faktor utama
diterimanya atau tidaknya adalah faktor usia.
b.
Tes wawancara
secara sederhana
Hal ini sangat jarang dilakukan kecuali
wawancara yang sifatnya menjadi karakter anak. Misalnya berat dan tingginya
berapa, kesukaan atau hobinya apa, kalau menangis biasanya mengatasinya
bagaimana, dan lain sebagainya. tentu ketika wawancara didampingi orang tuanya
karna justru orangtualah yang menjawab sebagian besar pertanyaan penyeleksi.
Tetapi hasil wawancara ini sangat kecil dipertimbangkan diterimanya atau
tidaknya anak tersebut.
c.
Pembiayaan atau
admnistrasi
Setelah anak didik dinyatakan
diterimamaka proses selanjunya adalahpenyelesaian administrasi. Biasanya
persoalan pokok dalam hal ini adalah pelunasan pembayaran pendidikan. Setiap
calon anak didik baru dikenai sejumlah biaya untuk pengadaan seragam anak,
sumbangan pengembangan kelembagaan, dan biaya pendidikan.
1.
Seleksi
Bagi lembaga PAUD yang
telah maju dan bekembang, ketika penerimaan siswa baru pasti dibanjiri calon
anak didik yan diantar oleh orang tuanya. Maka dari itu proses seleksi
dilaksanakan. Walau demikian sebagaimana disebutkan bahwa lembaga PAUD tidak
boleh menoak anak berkebutuhan khusus, autis, atau cacat mental. Sebab hingga
saat ini belum ada sekolah luar biasa untuk anak usia dini (SLB PAUD).
Ada dua yang menjadi
pilihan bagaimana proses seleksi dilakukan agar tidak banyak menolak calon anak
didik yaitu :
1.
Proses seleksi
berdasarkan usia kronologis dan usia mental. Artinya, lembaga PAUD harus
benar-benar menaati peraturan pada usia berapa anak boleh masuk di TK/RA, KB
maupun TPA. Disamping itu, seleksi juga harus diperhatikan faktor usia mental.
Artinya walaupun anak berumur 4 tahun, tetapi secara mental masih terlalu
kekanak-kanakan maka sebaiknya penerimaan ditunda tahun depan atau jika lembaga
tersebut membuka kelas KB maka ia boleh masuk pada kelas KB. Dengan demikian
usia mental membawa dua pilihan yaitu ditunda penerimaannya pada tahun depan
atau masuk pada kelas dibawahnya.
2.
Melakukan
pengembangan atau perluasan kelembagaan. Tetapi jika ini terlalu jauh bisa
membuka kelas baru dan menambah jumlah tenaga kependidikan.
B.
Manajemen Proses
Manajemen proses adalah
pengelolaan pendidikan yang mencangkup segala aspek pembelajaran. Dengan
demikian manajemen proses adalah pengelolaan bagaimana caranya agar proses
pembelajaran dilembaga PAUD dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien. Karena
proses pembelajaran di PAUD adalah syarat dengan permainan edukatif, maka
sebagian besar proses pendidikan juga harus dengan permainan.
Dalam berbagai
penelitian disebutkan bahwa anak belajar dengan bermain. Inilah sebabnya banyak
lembaga PAUD yang menggunakan selogan “belajar seraya bermain”.fungsi manajemen
proses adalah mengelola agar anak didik dapat bermain atau belajar dengan
teratur, penuh semangat dan rasa riang. Sebab dengan bermainlah anak-anak hidup
bahagia dan menjadi cerdas karenanya.
Hingga saat ini hampir
semua lembaga PAUD telah menyadari arti akan pentingnya bermain bagi anak.
Tetapi bagi orang tua sepertinya bermain masih dipandang sebelah mata. Oleh
karena itu jika lembaga PAUD berharap anak didiknya tumbuh kembang dengan cedas
maka salah satu caranya adalah menguatkan keluarga (orang tua) terutama arti
pentingnya bermain bagi anak-anak mereka. Sebab secara tidak langsung rumah
adalah “sekolah” pertama dan utama bagi anak-anak. Alasannya waktu belajar
melalui bermain jauh lebih banyak dirumah dari pada dilembaga PAUD. Oleh karena
itu jika anak-anak di PAUD diajarkan berbagai bentuk permainan, maka dirumahlah
anak-anak mempraktikkannya ulang dan mengembangkan permainan yang diperoleh
disekolah PAUD tersebut.
Nah kondisi belajar
melalui bermain yang demikian itu tidak akan terjadi jika orang tua tidak
mempunyai pandangan yang sama dengan sekolah (PAUD) mengenai arti pentingnya
bermain bagi anak. Dalam hal ini lembaga PAUD harus menyosialisasikan program
bermain untuk anak kepada orang tua. Salah satu bentukya yaitu dengan cara
mengadakan pengajian rutin setiap bulan yang dihadiri oleh masyrakat sekitar,
wali siswa, dan guru-guru PAUD. Kegiatan semacam ini merupakan bagian dari
manajemen proses dalam kelembagaan PAUD.
Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,
sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan (tingkat
sekolah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar,
dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar
mengajar memiliki tingkat kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses
yang lain.
C.
Manajemen Output
Output adalah dampak
dari sebua proses. Dengan kata lain jika proses baik maka dipastikan hasil
outputnya juga baik. Demikian pula sebaliknya jika proses tidak baik maka
outputnya tidak baik. Karena outputhanya sebatas dampak atau akibat sebuah
proses. Hal ini bekaitan dengan sistem evaluasi yang dilaksanakan lembaga PAUD
yang bersangkutan. Sebab hanya dengan evaluasilah akan ditemukan tolak ukur
keberhasilan yang jelas mengenai capaian tumbuh kembang anak.
Didalam evaluasi proses
pembelajaran PAUD akan ditemukan sejumlah gambaran atau sajian informasi
lengkap tentang perubahan aspek perkembangan anak didik setelah melalui
serangkaian proses pembelajaran yang sangat panjang. Evaluasi biasanya
dilakukan setelah pelaksanaan program pembelajaran yang disebut SKH. Dari
sinilah dapat diketahui bagaimana para guru melakukan identifikasi langsung
berbagai keberhasilan anak ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Biasanya evaluasi
pencatatan didalam SKH hingga ilustrasi dalam bentuk tabel sebagaimana
dijelaskan diatas dilakukan setiap minggu sekali. Tetapi pencatatan SKH tetap
dilakukan setiap hari. Kemudian catatan dalam SKH akan menjadi data awal setiap
aktivitas pembelajaran berikutnya. Dengan demikian setiap anak akan mendapatkan
aktivitas pebelajaran yang sesuai dengan tumbuh kembangnya.
Proses evaluasi hingga
menghasilkan gambaran hasil output anak didik memang sangat rumit. Tetapi
justru dengan kerumitan itulah tumbuh kembang anak secara lengkap dan utuh
dapat diketahui dengan jelas.
Manajemen output adalah
rekapitulasi hasil evaluasi dari hari ke hari minggu ke minggu, bulan ke bulan,
semester dan semester, tahun ke tahun.semua data evaluasi disusun secara
sistematis sehingga pola perkembangan anak dapat dilihat secara sistematis dari
hari ke hari hingga tahun ke tahun.
Output Pendidikan sebagai sistem seharusnya menghasilkan output yang dapat
dijamin kepastiannya. Output sekolah pada umumnya adalah merupakan kinerja
sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerja, dan moral kerjanya. Oleh karena demikian dapat disimpulkan bahwa output
sekolah yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses
pembelajaran dan manajemen di sekolah.
mantappp. trimaksih kak, bermanfaat sekalii
BalasHapusDapusnya apa saja kak?
BalasHapus